Suara panggilan HP terdengar berkali-kali yang terletak diatas meja makan. dengan malas ku raih hp dengan tangan kiri (maklum lg makan)
“Assalamualaikum, selamat sore mas..”, terdengar sebuah suara dari dalam HP.
“Waalaikumsalam, selamat sore juga.. dari mana pak?” Saya menjawab salam si penelpon.
“Saya Budi, mas. Tinggal nya di Rawa badak. Mohon maaf, ini betul Mas tony?” Tanya suara dari handphone yang menyebutkan namanya sebagai Budi.
“Benar, pak. Saya tony. Ada perihal apa pak budi mencari saya ?” Ujar ku ingin mengetahui kenapa pak budi menghubungi saya.
Pak Budi menghela nafas, seolah berusaha melepaskan beban selama ini yang menjadi fikirannya. Kemudian ia bercerita kepada ku melalui handphone, “kami sudah cukup lama membangun rumah di tanah warisan orang tua saya. Dulu tanah tersebut adalah tanah kosong yang di tumbuhi pohon besar dan semak, saat saya dipindahkan tugas ke wilayah tanjung priok tanah itu diserahkan kepada saya untuk selanjutnya didirikan sebuah rumah tinggal.
Setelah rumah itu selesai, kami pun menempatinya sekeluarga. Tidak ada hal yang aneh selama menempati rumah baru berdiri, segala adat istiadat dan tatacara dalam menempati rumah barupun telah kami lakukan. Sebulan berselang barulah kami mengalami kejadian aneh-aneh. Semula hanya bayangan-bayangan saja, kami sudah terbiasa dalam pikiran mungkin itu hanya bayangan pohon atau bayangan lain. Selanjutnya mulai terasa mengganggu adalah kami mulai sering bermimpi buruk, bahkan lebih aneh lagi pernah kopi saya baru saja sedikit diminum mendadak air kopi itu habis dengan sendirinya seolah ada yang meminum padahal saya masih duduk disitu. Ada kejadian lagi yang membuat kami sekeluarga bingung.. makanan dan minuman dirumah sering hilang atau habis tanpa ada kami yang memakannya dan akhir-akhir ini anak saya yang bersekolah di SMK sering demam tanpa sebab. Suasana rumah kami pun serasa aneh dan menyeramkan.
Menurut beberapa tetangga disekitar kami mungkin penyebab nya adalah dulu tanah kami adalah merupakan tanah kosong. Saya berpikirpun seperti yang disampaikan oleh para tetangga, hingga kami berupaya dengan memanggil beberapa orang pintar atau paranormal, tetapi masih juga sering terjadi hingga ikhtiar yang kami lakukan terakhir kemarin adalah melakukan pengajian di rumah. Walaupun demikian sampai saat ini kejadian aneh masih sering terjadi, tetapi itu upaya yang hanya bisa saya lakukan. Kebetulan di dekat Bandara ada keluarga saya yang tinggal disana dan bercerita tentang kejadian yang ada di rumah saya. Oleh si tetangga tersebut menyarankan untuk menghubungi saya, karena dulunya saya pernah menolong anaknya yang sering nangis tanpa sebab. Sehingga saya mencoba dan berikhtiar mungkin dengan mas tony lah mudah-mudahan berjodoh untuk mengobati rumah kami ini.” Panjang lebar cerita dari pak Budi kepada ku mengenai permasalahan yang menimpa keluarganya.
saya cuma manggut-manggut memahami jalan cerita yang dialami oleh pak budi, dari hubungan melalui handphone tersebut membuat saya mampu menampilkan suasana rumah pak Budi bahkan dapat melihat lawan bicara saya itu. Bagaikan gelombang televisi saja gambar rumah itu langsung tampak didepan mata ku. Ruang demi ruang rumah pak Budi saya jelajahi hingga tampak lah beberapa sosok mahluk halus yang mendiami rumah itu.
“Baiklah, pak..” kata ku berkata setelah memahami kondisi rumah pak Budi dan melanjutkan kalimat ku, “ lepas shalat Isya saya akan mampir di rumah pak Budi ”.
“Terimakasih mas tony !“, Pak budi senang setelah mendengar kesediaan saya untuk datang ke rumahnya, ia berkata, “Jika demikian saya akan bersiap-siap untuk nanti malam, sehingga apa yang diperlukan telah ada. Jika boleh saya tahu kira-kira apa yang harus disiapkan pak untuk nanti malam ?” Biasanya sepengetahuan pak Budi, selalu ada yang harus dipersiapkan berkaitan dengan mahluk halus, bisa saja jajanan pasar, bunga 7 warna atau 3 warna, paku atau menyan dan lain-lain yang kadang penyebutan nya macam-macam.
Saya berkata melalui handphone kepada pak Budi, “ah, saya tidak perlu apa-apa pak. Paling yang saya perlukan tentu ada di dapur rumah bapak ”.
“Ah, benar begitu, mas?” Pak Budi masih belum percaya.
“Benar, pak. Bapak jangan berfikir yang rumit, sesuatu semua dengan doa. Bapak tunggu saya saja di rumah.”
“Baiklah mas tony, sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih atas kesediaannya untuk membantu saya sekeluarga”, ujar pak Budi, terdengar dari suara nya ia sangat girang. Ia sangat berharap bisa menemukan orang yang cocok dapat mengatasi masalah dalam rumah nya.
“Sama-sama, pak. Saya hanyalah manusia biasa yang berdoa memohon bantuannya agar diizinkan sebagai perantara dalam permasalahan rumah bapak”, saya pun ikut tersenyum dan menjelaskan posisinya kepada pak Budi.
“Iya Mas Tony saya faham. Jika demikian saya tunggu kehadirannya dan mohon maaf mengganggu waktu mas tony. Assalamualaikum..!”
“Waalaikumsalam Wr. Wb. Pak Budi ”, saya pun membalas salam dari pak Budi.
Malam harinya selepas Isya dirumah saya kedatangan 2 orang teman yaitu Sulaiman dan Agus. Mereka berdua memang sering bermain ke rumah saya sejak pertemuan beberapa tahun lalu. saya bercerita tentang kejadian di rumah pak Budi kepada Sulaiman dan Agus. Setelah mendengar cerita dari saya, kedua nya minta diizinkan untuk dapat menemani Saya ke tempat tinggal pak Budi. Saya pun menyetujui karena saya juga perlu teman buat ngobrol, Tak berapa lama mereka bertiga pergi menuju rumah pak Budi di Rawa badak
Perjalanan menuju rumah pak Budi ditempuh dari tempat saya hanya beberapa menit, tidak terlalu jauh karena di lagoa jalan alternatipnya tidak semacet dan seramai jalan utamaJakarta . Rupanya kedatangan kami telah ditunggu oleh pak Budi sekeluarga. Saat bertemu dengan saya sulaiman dan Agus sang tuan rumah Nampak terkejut. Dalam pikiran pak Budi yang namanya mas tony usianya sudah tua dengan tampang aneh dan ternyata masih muda begitu juga dengan Sulaiman dan Agus. Ada terbersit dalam lintasan pikirannya, apakah benar mas tony ini mampu membantunya mengusir yang mengganggu dalam rumahnya ini ? Gelombang pikiran pak Budi walau hanya selintas secepat kilat namun seperti sinyal yang dapat ditangkap dan terbaca oleh ku.
“Saya sebelumnya mohon maaf pak, jika saya tidak seperti yang bapak bayangkan “, Saya berkata sambil tersenyum. Namun pak Budi langsung agak memerah wajahnya. Tidak dikira oleh nya, bahwa pikirannya terbaca oleh Saya. Tetapi itu malah membuat ia menjadi yakin akan kemampuan Saya. Dengan agak gugup ia pun berkata, “sa.. saya.. ehem.. justru minta maaf telah meragukan mas tony”.
“Ah, tidak apa-apa pak”, ujar ku. saya bertanya kepada sang tuan rumah, ”boleh saya ke ruang tengah rumah pak?”
“Silahkan, silahkan pak!” pak Budi segera berdiri dan mengajak saya dan kedua teman saya menuju ruang tengah. Kami pun mengikuti pak Budi dan kemudian duduk bersila di ruang tengah bersama dengan keluarga kecil itu.
Setelah duduk bersila Saya pun mulai membuka mata bathin saya, demikian juga sulaimandan Agus yang juga memiliki mata bathin. Dalam pandangan mereka terlihat ada 3 mahluk jin berdiri disudut ruang tengah rumah. Jin tersebut terdiri atas seorang istri dan anak, bentuk tubuh dan wajahnya menyerupai manusia dan tidak seram. saya mengucapkan salam melalui bahasa bathin kepada Jin lelaki, “Assalamualaikum, jin yang menempati rumah ini !”
“Waalaikumsalam wahai umat Nabi Muhammad “, Jin itu menjawab salam dari Saya. Ternyata Jin itu dapat menjawab salam dari Saya. Jin itu kemudian berkata lagi, “Apa yang membuat mu datang kemari dan bolehkah aku tahu siapa nama yang diberikan ibu bapakmu wahai manusia?”
“Aku yang diberi nama oleh ibu bapak ku dengan nama Tony aku datang kemari diminta tolong tuan rumah ini pak Budi.. yang merasa terganggu oleh karena melihat kamu. Siapakah namamu yang biasa engkau sering dipanggil ?” Saya pun menanyakan nama jin itu.
“Namaku japin. Hal ini bukan karena kusengaja Tony, kami juga satu keluarga sudah lama sebelumnya tinggal di tempat ini sebelum didirikan rumah tinggal oleh pak Budi. Salahkah kami juga tinggal disini, Tony?” Jawab Jin itu yang selanjutnya kembali bertanya kepada saya.
“Tidak salah kalian tinggal dimanapun dimuka bumi ini, Japin,Tetapi Manusia lah yang ditugaskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjadi Khalifah di muka bumi ini. Dengan tidak meninggalkan tatacara dan adat istiadat yang berlaku, manusia telah meminta kalian pindah. Bukankah demikian yang telah dilakukan oleh pak Budi sekeluarga?” Saya berkata sambil menatap jin yang bernama japin itu. Sedangkan yang ditatap hanya bisa tertunduk. Sambil terangguk-angguk seolah membenarkan perkataan saya, japi menoleh kebelakang dimana isteri dan anaknya berdiri.
japin tahu dan sangat mengerti, ia sendiri beragama Islam mengikuti agama leluhurnya. Disekitarnya rata-rata tinggal kelompok jin yang beragama Islam tetapi ada juga yang beragama lainnya. Jin yang kafir juga sangat banyak dan mereka lebih banyak tinggal didaerah tepi pantai atau muara sungai yang banyak dikenal oleh masyarakat umum dengan nama Hantu Laut. Banyak manusia yang juga bekerjasama dengan jenis jin hantu laut ini untuk berlayar atau melaut mencari ikan. Bila ada badai para hantu laut ini lah yang membantu memainkan perahu para nelayan agar tidak tersapu badai. Kadangkala sering juga para hantu laut membantu para majikannya untuk mendapatkan ikan bila tak ada musim ikan. Namun baik manusia yang bekerja sama dengan para jin Hantu Laut dan Japin sendiri pasti tahu akibatnya, jika si manusia itu mati maka jasadnya akan diambil si Hantu Laut untuk dibawanya ke sebuah pulau di wilayah samudera hindia. Apakah si manusia itu dijadikan apa, Japin tidak ingin tahu karena ia sendiri takut akan kekejaman dari jin Hantu Laut.
Japin sebenarnya sudah memahami bahwa pak Budi sudah melakukan tata laku dan cara untuk kepindahannya dari tanah tempat tinggalnya yang sudah menjadi rumah manusia. Namun ia merasa betah karena setelah dibangun rumah tinggal manusia (pak budi sekeluarga) hawa atau energi disekitarnya tambah sejuk karena pak Budi dan keluarganya taat beribadah dan selalu berdoa kepada Allah SWT. Namun anaknya Japin memang bandel, sering usil karena masih anak-anak… jika diingatkan selalu diulanginya lagi. Benar yang dialami oleh pak Budi sekeluarga, anaknya itu sering bercanda dan menghabiskan makanan maupun minuman yang ada di rumah pak Budi. Terakhir anak pak Budi sering demam karena anak japin suka dengan anak pak Budi dan dianggap sebagai kakaknya, tetapi anak pak Budi tidak mengerti sehingga ia ketakutan akhirnya sering demam.
saya kemudian melihat keluarga pak Budi yang ikut berkumpul, kemudian saya berkata, “Apakah ada yang ingin melihat jin yang tinggal di rumah ini ?”
Semua saling pandang memandang, perasaan mereka bercampur aduk ada yang ragu-ragu, takut tetapi ada juga yang mau tetapi takut. Akhirnya istri pak Budi mencoba memberanikan diri, rasa penasarannya ternyata lebih besar dari rasa takutnya. Ia ingin melihat jin yang sering menghabiskan makanan dan minuman di rumahnya itu.
“Biarlah saya yang ingin melihat nya pak..”. Sahut isteri pak budi.
“Sanggupkah Ibu melihat Jin itu?” Tanya saya kembali, kemudian saya lanjutkan , “jika sanggup silahkan ibu berwudhu sebelum saya transfer penglihatan gaib saya kepada ibu”.
Isteri pak budi pun bergegas untuk melakukan Wudhu seperti yang diminta oleh Saya.
Tak lama muncullah isteri pak budi setelah melakukan Wudhu.
“Silahkan ibu duduk bersila didepan saya..”, Saya berkata, kemudian bu budi pun beranjak dan duduk bersila di depan saya .
“Santai saja bu. Bernafaslah dengan teratur dan pejamkan mata sambil membaca “Laila Ha Illalah” berulang-ulang”, Saya pun mulai memberikan sugesti kepada bu Budi dan ia pun mengikuti apa yang disarankan kepdanya. Nafaskan yang tadi menderu karena berdebar perlahan-lahan mulai normal dan stabil.
Saya kemudian berdiri dan ia berdoa memohon izin kepada Allah Yang Maha Kuasa agar diperkenankan mentransfer penglihatan gaib kepada bu Budi untuk melihat jin yang ada di rumahnya hanya sementara saja. Tangan saya kemudian memijit beberapakali dengan jempol kanan dan selanjutnya mengusap mata bu budi.
“Coba dibuka matanya bu dan pandanglah yang ada di depan..”, saya meminta bu Budi melihat kedepan nya. Sungguh tak disangka nya, dan ia pun tak siap melihat sosok jin itu.. karena dalam pandanngan matanya ada 3 Jin yang berdiri disudut ruang tengah rumahnya. Bu budi memang belum siap melihat yang kasat mata walaupun bentuk jin itu tidak menyeramkan tetapi tetap berbeda dengan bentuk manusia. Ia tak mengira selama 24 jam setiap hari mahluk itu tinggal bersamanya dan dia tidak tahu. Tubuh bu Budi gemetaran dan cepat ditutup matanya dengan kedua telapak tangan agar tidak melihat perwujudan dari jin tersebut.
“Mas.. mas.. to.. tolong saya mas... saya tak mau melihatnya lagi “, bu Budi berkata-kata dengan tergagap meminta agar tidak melihat sosok jin dirumahnya. Dengan sigap saya pun menarik penglihatan gaibnya pada bu Budi dengan cara mengusap wajahnya sekali saja.
“sudah bu.. ibu sudah tidak dapat melihatnya lagi”. saya tersenyum melihat tingkah bu Budi yang ketakutan, suaminya terlihat cemas juga. ia menghampiri istrinya dan membimbingnya untuk duduk didekatnya.
Saya duduk bersila kembali dan kemudian ia berbicara dengan jin japin. Sedang bu budi masih ditenangkan oleh suaminya sambil mengurut-urut tangan isterinya untuk memberikan ketenganan agar menjadi kembali santai.
“Hai Japin, engkau sudah lihat bagaimana mereka takut melihatmu. Pindah lah engkau sekeluarga dari rumah ini”. Saya berkata sambil mata saya menatap tajam pada Japin.
“Baik Tony, aku mau pindah tetapi aku minta syarat!” Sahut Japin.
“Aku tak dapat memberimu apa-apa padamu Japin. Aku hanya dapat memberi mu air laut!”
“Aku terima, Tony!” Japin menjawab. Air laut hanya sebagai tanda saja untuk mengiringi ia pindah beserta keluarga nya, sama seperti manusia jika ingin pindah rumah.
Saya kemudian meminta kepada tuan rumah untuk disediakan segelas air putih yang di beri garam sehingga terasa asin bagaikan air laut. Pak Budi bergegas memenuhi permintaan tersebut, sedang istrinya masih lemas karena masih shok melihat perwujudan jin itu. Tak lama dengan tergopoh-gopoh pak Budi memberikan air garam kepada Saya. Kemudian oleh Saya air itu dibacakan doa sebagai penghantar pindah jin Japin sekeluarga dari rumah pak Budi. Setelah itu air tersebut diletakkan ditengah-tengah ruangan itu.
“Sllahkan Japin..!”, Saya mempersilahkan Japin untuk meminumnya.Sulaiman dan Agus yang selama ini diam saja dan melihat apa yang terjadi didalam ruangan itu mulai bereaksi berjaga-jaga. Sulaiman terlihat santai tetapi waspada, sedangkan Agus terlihat tegang dengan tangan terkepal. Mungkin gaya masing-masing jika dalam suasana kritis. Karena bisa saja jin itu menolak dengan mendadak, sehingga Sulaiman dan Agus bersiaga.
Jin Japin dan keluarganya beranjak mendekati air yang telah disediakan oleh Saya, mereka meminum air itu secara bergantian. Setelah meminum mereka duduk bersila didepan Saya. Dengan gerakan tangan Saya melakukan gerakan memutar tiba-tiba tangan saya menjangkau tubuh jin japin , Istri dan anaknya… satu persatu mereka lenyap terhisap oleh tangan Saya, Saya memasukkan mereka ke dalam tubuh saya Namun sebelum mereka ditarik, Saya telah meminta pendamping saya untuk keluar dari tubuh saya, karena jika masih ada pendamping dalam tubuh Saya tentu jin japin
tak dapat ditarik masuk.
saya berdiri, lalu beranjak keluar dengan diikuti oleh Sulaiman dan Agus, saya berjalan keluar rumah dan berjalan kea rah sebuah pohon yang agak besar dipinggir jalan besar dekat rumah pak Budi. Tangan saya saya tempelkan kepada pohon tersebut, maka pindahlah jin Japin di pohon tersebut. Sejak saat itu Jin Japin pun memang tak pernah datang lagi ke rumah pak Budi.
Minggu, 02 Agustus 2015
PENGALAMAN PERTAMA MENGUSIR JIN
Langganan:
Postingan (Atom)